عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : (( قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَـى : يَا ابْنَ آدَمَ ، إنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيْكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ، ثُمَّ اسْتَغفَرْتَنِيْ ، غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ، ثُمَّ لَقِيتَنيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا ، لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابهَا مَغْفِرَةً )).
Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.” [HR. at-Tirmidzi, dan beliau berkata: Hadits ini hasan shahih].
Mengingat dikalangan masyarakat kita ini banyak sekali dukun-dukun yang berkedok sebagai orang alim, kiyai bahkan ustadz, mereka mengobati orang sakit yang menurut keyakinan mereka sangat sesuai syariat tapi tak ubahnya seperti sihir atau perdukunan. Mereka mengajak ke kuburan, makam, atau tempat-tempat yang mereka anggap memiliki kelebihan-kelebihan untuk melakukan sesuatu yang tidak di syariatkan yang tidak sesuai dengan kesempurnaan tauhid. Ini merupakan salah satu sarana perbuatan syirik. MENGATAS NAMAKAN DALIL ZIARAH KUBUR dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya di sisi kuburan, atau bertujuan untuk mendapatkan berkah, menghadiahkan pahala kepada ahli kubur, dsb. Mereka menawarkan berbagai macam bantuan yang notabenenya hal-hal tersebut sudah maklum adalah bagian dari pekerjaan dukun. Maka apalah yang menjadi tembok pembeda antara dukun yang memakai surban dan baju koko dengan dukun betulan.
Mereka kini banyak bertebaran di mana-mana, orang-orang awam pun sudah banyak menjadi korban mereka. Padahal dukun-dukun yang berkedok sebagai orang alim itu bahayanya lebih besar dari dukun yang benar-benar bertitelkan dukun. Bagaimana tidak? melihat kealimannya, melihat ilmu agamanya seakan-akan bukan ilmu perdukunan, seolah-olah semua yang mereka katakan itu benar. Ditambah lagi media yang mereka gunakan, selalu menggunakan ayat suci Al-Qur’an dalam setiap mantra atau rajahnya, bahkan terkadang seakan-akan mereka meyakinkan khalayak bahwa mereka adalah wali-wali Allah, dengan menunjukkan berbagai atraksi sulap yang bagi mereka adalah sebuah karomah.
Ulama tabi’in, Laits bin Sa’ad mengatakan, “jika kalian menyaksikan seseorang bisa berjalan di atas air, janganlah terpedaya dengannya hingga kalian cocokkan keadaannya dengan al-Qur’an dan as-sunnah.”
Disebutkan pula bahwa Imam Syafi’i berkata, “jika kalian melihat ada orang yang bisa berjalan di atas air dan terbang di udara, sedangkan dia menyelisihi sunnah, maka ketahuilah (kesaktian) itu datangnya dari setan.”
I had to use google translate for this post. that can be quite an inconvenience and not everyone will have that much patience. Just some advice, please translate!
ReplyDeleteYou're a really good writer. You said the poem was in the works but I don't think you should change anything about it Absolutely. Nonton Drama Korea
ReplyDelete